01 April 2008

Menipu!? Hal Biasa di Negeri Ini

Hari ini beberapa kejadian terjadi dalam satu hari hidupku. Kejadian yang kurang mengenakkan dan tentunya membawa hikmah yang besar. Dua kejadian yang berbeda, namun memiliki hikmah yang sama.

Kejadian pertama...

Orang tuaku hampir saja terkena tipu. Mereka awalnya berniat menjual ruko mereka yang telah dibangun sendiri dengan perjuangan dengan titik peluh penghabisan. Cukup mahal sih, sehingga orang yang berniat membeli mungkin pikir-pikir dahulu untuk membelinya. Namun kami dikejutkan dengan seseorang yang tiba-tiba menelpon kemarin sesaat setelah adzan maghrib berkumandang. Ia ternyata mengaku ingin membeli ruko tersebut, dengan dalih bahwa istrinya sudah melihat rukonya dan tertarik untuk membeli. Dia sendiri saat itu mengaku belum melihat rukonya dan sedang berada di Bandung.

Sama seperti kebiasaan orang yang ingin membeli, ia pun menutupi kebusukannya dengan coba menawar sekedarnya, yang tidak beda jauh dengan harga yang ditawarkan. Ah.. di sini aku mulai curiga. Ternyata ada ya orang yang menyetujui harga semahal itu dengan mudahnya, tanpa harus bersusah payah menawar harga!? Ditambah pula ketika menelpon, orang itu sempat mengucakan salam, padahal saat itu waktunya untuk sholat maghrib.

Namun aku tidak ingin berburuk sangka, terapkanlah husnudz dzon terlebih dahulu kepada orang lain, praduga tak bersalah. Aku anggap saja mungkin ini suatu jalan rezeki namun tidak lantas kami kegirangan bak mendapat durian runtuh. Apalagi kedua orang tuaku sudah berniat beribadah haji jika diberikan rezeki lebih.

Lucunya.. si pembeli sepertinya yang malah ngotot ingin cepat-cepat bertransaksi, ingin segera memberikan uang muka lewat transfer rekening. Ada ya orang ya ingin cepat-cepat memberikan uangnya kepada orang lain!? Kalau memang benar, orang seperti ini patut menjadi tauladan. Aku berpikir padahal orang ini kan belum melihat surat-surat tanahnya, bahkan bentuk rukonya saja belum.

Waktu pun berjalan. Setelah mengaku transaksi transfernya gagal, orang ini mulai bilang bahwa ia telah menghubungkan dengan salah satu customer service bank yang kemudian memberikan arahan untuk melakukan beberapa kombinasi penekanan tombol ATM. Yang belakangan aku sadar bahwa orang tersebut bukanlah sembarang penipu, melainkan orang yang mengerti seluk beluk mesin ATM. Aku ingat, semalam aku sempat bilang sesuatu kepada orang tuaku, "Walaupun agak aneh, kita sih husnudz dzon aja, namun tetap harus hati-hati, bukan curiga."

Sampai tadi siang, kami masih mendapat kontak dari orang itu yang mengaku telah mentransfer uang sebesar 10jt. Begitulah sampai kami diberi petunjuk bahwa orang tersebut ternyata seorang penipu. Alhamdulillah kami masih diberikan kesehatan berpikir dan dilindungi dari orang-orang yang tertutup mata hatinya, yang telah kehilangan separuh fitrahnya sebagai manusia. Uang kami tidak berkurang sedikit pun, dan memang tidak ada apa-apa di tabungan kami...

Kejadian kedua...

Kejadian ini sih simpel saja sebenarnya. Sesaat sebelum aku menulis blog ini, aku menerima email teman, tepatnya forward-an. Isinya menginformasikan bahwa saat ini Polri menginstruksikan pada seluruh jajarannya bahwa jika ada seseorang yang berusaha menyuap pada saat proses tilang, dan jika polisi tersebut bisa membuktikannya maka ia akan mendapat bonus 10jt (wah angkanya sama dengan uang muka di kejadian pertama tuh...). Di situ dituliskan bahwa polisi akan berusaha agar orang yang kena tilang untuk menyuap dirinya, ya iya lah.. kan dapet 10jt!

HOAX... Ya, lagi-lagi hoax. Bagus sih menginformasikan seperti itu, memacu agar kita tidak melakukan praktek suap-menyuap, dan tentunya untuk kebaikkan kita bersama. Tapi.. dengan cara yang tidak baik!? Menebarkan berita-berita bohong seperti itu!? Menipu! Ah.. melawan kejahatan dengan kejahatan pula, lama-lama negeri ini dipenuhi dengan kejahatan dengan segala bentuknya.

Kenapa sih masyarakat kita senang sekali berbuat seperti itu? Tidak takut apa dengan hari dimana semua amal, baik amal baik atau jahat akan dibalas!? Yah paling tidak.. apakah kita tidak ingin membuat tubuh dan jiwa kita ini melakukan kebaikan-kebaikan di kehidupan yang diberikan hanya sekali ini!? Apa susahnya sih...

Ah... Indonesia, apakah akan semakin hancur saja... aku harap tidak demikian.