22 Februari 2008

Poltek-ku Tercinta

Hari itu akhirnya aku memutuskan untuk menengok suatu tempat yang berharga dalam sejarah hidupku. Walaupun bukan itu sebenarnya tujuan utamaku. Kampus Tercinta Politeknik Negeri Jakarta. Yah.. sudah berapa lama ya aku tidak pernah kesana lagi, mungkin setahun lebih. Maklum saja, lokasi kampus baru UI tersebut letaknya cukup jauh dari tempat tinggalku, Bekasi.

"Ternyata tidak banyak berubah...", pikirku. Tidak ada perubahan-perubahan besar. Jalan masuk Poltek masih seperti dulu, tidak berubah, mungkin hanya aspalnya saja yang baru, lebih halus. Yang lebih banyak berubah mungkin adalah lokasi sekeliling UI. Parkiran panjang di pinggir jalan yang dulunya menjadi pemandangan sehari-hari, sekarang sudah tampak rapih, bahkan di segitiga FT. Dan tampaknya bakal (atau sudah?) ada angkutan baru, yaitu peron yang mengelilingi sebagian UI, entah seperti apa bentuknya. Bis UI.. masih seperti dulu, penuh sesak dengan mahasiswa-mahasiswa yang tampaknya menikmati hidup mereka. Beda dengan kenyataan hidup di luar yang biasa dirasakan orang pada umumnya...

Aku berjalan di sepanjang jalan kembar itu, sendiri. Ingat ketika dahulu.. berjalan bersama teman sambil mengobrol, ah indahnya... Terbuai dalam lamunanku akhirnya sampai juga di Gedung Direktorat atau Gedung Q, dengan sebuah Lancer plat merah terparkir di halamannya. "Pasti mobil direktur!", pikirku. Tanpa basa-basi langsung saja aku masuk ke dalam gedung itu karena waktu sudah menunjukkan pukul setengah tiga sore. Ya, ini memang tujuan utamaku, legalisir ijazah dan transkrip nilai. Untuk apa? Aku ingin melanjutan kuliah.

Sayangnya, harapanku untuk bisa menyelesaikan legalisir dalam sehari pupus. Sang penjaga di bagian administrasi berkata dengan entengnya, "Besok ya diambilnya." Wah...! Bagaimana besok, wong hari ini saja aku harus ambil cuti agar bisa melakukan ini! Tapi setelah memohon dengan sangat akhirnya ada secercah harapan ketika dia berkata, "Ya sudah, tunggu aja sampai setengah empat. Soalnya orangnya (maksudnya yg menandatangani) lagi rapat. Ntar kalo kebetulan ada, saya minta tanda tangannya." Alhamdulillah.

Sambil menunggu, aku putuskan untuk makan dahulu karena kebetulan aku belum makan siang. "Kantinnya masih sama ngga ya!?", pikirku. Ternyata beberapa orang yang 'mencari nafkah' di situ masih sama seperti dua tahun yang lalu. Ingin sekali menyapanya, tapi.. aku kan ngga kenal, cuma tau muka saja... Ya sudah lah.

Setelah makan kulanjutkan petualanganku melewati lorong-lorong yang menghubungkan antargedung. Masih sama, cuma lebih rapih. Aku ingin ke Bengkel Elektronika, tapi aku urungkan niatku, nanti malah tambah lama. Kemudian aku menuju ke arah gedung Administrasi Niaga. Terlihat beberapa spanduk kegiatan membentang lebar di sisi jalan, salah satunya kalau tidak salah adalah Islamic Fair 2008.

Aku ingin sekali mengunjungi perpustakaan pusat, mengenang kegiatan-kegiatanku dahulu. Ketika kaki ini melangkahkan ke sana, teringat waktu itu bagaimana aku ke perpustakaan ketika tidak ada dosen. Saat kubuka pintu, terlihat sosok sahabatku sedang asik membaca buku kemudian aku meledeknya, "Wiihhh.. rajin banget lo Bang...! Ciee.. belajar mulu nih." Namun di lain waktu aku yang kepergok sedang asik memilih-milih buku di perpustakaan dan dia balik meledekku, "Ciee... Arman belajar mulu nih..." Ya.. tempat yang nyaman. Tenang, rapi, sejuk, itulah perpustakaan kami.

Sengaja kulihat jam, ternyata sudah menunjukkan pukul 15.35. "Wah.. udah setengah empat", gumamku. Langsung saja aku menuju ke Gedung Direktorat lagi, walau sebenarnya masih ingin berlama-lama di dalam. Dalam hati, masalah legalisir aku pasrahkan saja. Kalau memang hari ini tidak dapat tanda tangannya, aku harus cari hari lain lagi, dan tentunya harus mengambil jatah cutiku yang sudah kuambil beberapa itu. Diluar dugaan, ternyata hari ini aku bisa mendapatkan lagalisirku itu. Alhamdulillah. Kalau begini aku bisa pulang ke rumah dengan tenang smile

Sebelum pulang, aku singgah sebentar ke rumah-Nya untuk menunaikan sholat. Kebetulan waktu Ashar telah tiba. DA-IM, nama yang unik. Singkatan dari Daarul Ilmi. Inilah tempat kami sering berteduh, walau hanya sebagai tempat istirahat melepas lelah setelah seharian berkutat dengan ilmu-ilmu teknik praktis. Daim merupakan tempat yang sangat nyaman. Teringat teman-temanku termasuk aku sendiri sering tidur-tiduran di selasarnya, kita membahas berbagai macam hal (atau lebih tepatnya ngobrol smile. Rasanya beda sekali dengan tempat lain, termasuk mushola di tempat kerjaku sekarang. Disini, orang sepertinya bebas mengekspresikan sesuatu tanpa ada rasa tidak enak atau apa, tentunya dalam batas-batas tertentu, seperti menjaga suara misalnya.

Selesai sujud dan salam, rasanya berat sekali meninggalkan tempat yang mulia ini. Selamat tinggal Daim, selamat tinggal Poltek tercinta. Banyak sekali kenangan-kenangan yang aku rasakan selama 3 tahun di sini, 3 tahun yang sangat berharga bagiku, terutama 3 tahun bersama EC-B. Mungkinkah mereka merasakannya juga juga? Aku rasa iya...