22 Oktober 2008

Soal Ujian SIM A

Ini aku share beberapa soal yang keluar pada saat Ujian Teori SIM A. Sebagian besar sudah ada jawabannya, namun bukan berarti ngasih bocoran, namun sebagai bahan pembelajaran ajablogger-emoticon.blogspot.com
Dengan mempelajari soal ini secara tidak langsung kan juga belajar tentang tata cara berlalu-lintas yang baik menurut peraturan blogger-emoticon.blogspot.com
So.. sedikit-sedikit bisa hindari kan cara-cara calo blogger-emoticon.blogspot.com

  1. Pemakai jalan yang perlu mendapat perhatian dan kewaspadaan khusus dari seorang pengemudi yang menghadapinya adalah:
    • Truk yang membawa muatan berat
    • Anak-anak yang bermain di jalan
    • Pejalan kaki yang cacat

  2. Sebagai pengemudi sepeda motor, maka:
    • Diperbolehkan mendahului kendaraan lain dari kiri atau kanan.
    • Hanya boleh mendahului dari kanan apabila tidak ada rintangan lalu lintas dan dapat dilakukan dengan aman.
    • Untuk mencapai tujuan lebih cepat, diperbolehkan zig-zag di antara mobil, asalkan tidak terjadi kecelakaan.

  3. Pada perempatan jalan, tiga kendaraan bermotor hampir bersamaan tiba dari 3 jurusan yang berlainan, kendaraan yang harus didahulukan, ialah:
    • Kendaraan bermotor yang datang dari jalan sebelah kiri kendaraan lain.
    • Kendaraan bermotor yang datang dari jalan sebelah kanan kendaran lainnya.
    • Kendaraan bermotor yang mengambil jalan lurus

  4. Dengan memiliki SIM A, Anda boleh mengemudikan mobil beban apabila:
    • Mobil beban itu dapat dimuati barang yang lebih dari 2.000 kg, tetapi dalam keadaan kosong pada waktu akan dikemudikan.
    • Mobil beban itu mempunyai jumlah berat yang diperbolehkan kurang dari 2.000 kg.
    • Mobil beban itu menarik kereta gandengan dengan jumlah berat yang diperboleh lebih dari 1.000 kg.

  5. Berapakah tinggi maksimum yang diizinkan untuk sebuah kendaraan termasuk muatanya?
    • 3,5 meter.
    • 4,8 meter.
    • 4,5 meter.

  6. Yang termasuk mobil penumpang antara lain:
    • Sedan, station-wangon, bemo.
    • Sedan mini bus dan mobil jenazah.
    • Bemo, sedan, station-wangon dan mobil jenazah.

  7. Bila kecepatan bertambah, jarak berhenti sesudah pengereman adalah:
    • Bertambah jauh.
    • Tidak akan berjalan asalkan pesawat rem dalam keadaan baik.
    • Tergantung pada keterampilan pengemudi.

  8. Apa yang harus diperhatikan oleh pengemudi yang sedang mengikuti truk gandengan yang hendak membelok memasuki jalan sempit:
    • Truk akan sangat mengurangi kecepatannya dan mungkin berhenti dahulu sebelum membelok.
    • Truk mungkin mengayunkan ke kanan atau ke kiri sebelum membelok.
    • Kedua-duanya harus menjadi perhatian.

  9. Siapa yang harus menunggu?
    • Nomor 1.
    • Nomor 2
    • Dapat berjalan bersamaan asal pelan-pelan.



  10. Bahaya apa yang dinyatakan rambu ini waktu musim hujan?
    • Jalan mungkin tertutup.
    • Bahaya tergelincir karena jalan licin.
    • Bahaya selip karena jalan berbelok-belok.


  11. Siapa yang harus menunggu paling lama?
    • Kendaraan 1
    • Kendaraan 2
    • Kendaraan 3


Untuk lebih lengkapnya silahkan download di sini.
Sumber: http://www.indonesia-policewatch.com/

16 Oktober 2008

Se-bundle Kertas

Detik demi detik makin terlewati. Tak terlalu cepat dan tak terlalu lama. Udara yang sejuk menghampiri hampir seluruh badanku, kecuali sela-sela diantara tubuhku dengan kursi ini. Kulihat di dinding depan, ada sebuah jam yang menunjukkan waktu pukul 10.23. Suasana saat itu tak begitu sunyi dan tak begitu ramai, sesekali ada yang lalu lalang melewati belakang tempat dudukku ini. Ruang gerak yang yang tak begitu leluasa tak membuatku menjadi gelisah pada awalnya. Mungkin begitu juga yang dirasakan tiga manusia disampingku yang bernasib sama denganku.

Sejenak kuperhatikan lembar kedua dari beberapa kertas yang di-bundle menjadi satu. Kemudian kusalin kata demi kata, huruf demi huruf, demi beberapa tulisan yang berada di lembar pertama agar sama persis dengan yang ada di lembar keduanya. Tak terasa waktu sudah 5 menit, namun beberapa kotak-kotak kecil yang tersusun rapih di lembaran itu tetap kubiarkan kosong.

Lembaran besar yang dilaminating semakin lama semakin membuatku gemetaran. Ruang gerak yang tak begitu leluasa kini membuatku gelisah. Udara yang terasa sejuk kini terasa telah naik beberapa derajat Celcius. Apalagi sela-sela diantara tubuhku dengan kursi ini. Sudah mulai terasa panas. Orang sipil yang lalu lalang dibelakangku tampaknya semuanya kenal dengan orang-orang dalam yang ada di sini. Entah sudah lama kenal, atau kenal baru saja karena alasan sebagian hartanya berpindahtangan secara tak wajar ke kantong-kantong tak tahu dosa itu. Aku menjadi semakin gelisah saja.

Beberapa nomor soal dan jawabannya yang telah kucetak menggunakan tinta kantor ternyata tak begitu mampu untuk melawan local warming yang kualami saat ini. Gambar-gambar buram yang buru-buru kupindai menggunakan komputer kantor tampaknya tak tampak di lembaran besar berlaminating itu. Walaupun begitu detak jarum detik jam di dinding itu memaksa tangan ini untuk menggoreskan tinta-tinta di lembar pertama. Lukisan yang berupa dua garis menyilang kecil sederhana akhirnya satu-persatu memenuhi kotak-kotak kosong yang tersusun rapih. Rasa cemas menggerayangi seluruh tubuhku, kecuali sela-sela diantara tubuhku dengan kursi ini, rasa panas yang ada. Rasa itu berakhir ketika seseorang yang duduk manis di bawah jam dinding itu mengatakan bahwa waktuku telah habis, digantikan rasa yang sama dikalikan dengan satu setengah. Ujian itu berakhir.

Ujian teori SIM A-ku ini adalah yang kedua kalinya sejak sepekan sebelum lebaran aku dinyatakan tidak lulus. Akhirnya walaupun kurang percaya diri ketika mengerjakan, 25 soal dari 30 soal yang diberikan dinyatakan benar oleh pengawas. Ya! Kamu langsung ke ujian praktek! Ah.. leganya.

24 September 2008

Membuat SIM di Bekasi

Pagi ini aku berniat untuk membuat SIM A, setelah beberapa hari mencoba membawa mobil milik tempat kursus yang tak begitu jauh dari rumah. Untuk SIM kali ini aku sudah bertekad untuk mendapatkannya melalui jalur yang halal, yang baik, tanpa ada calo-calo seperti ketika kuperoleh SIM C pertamaku di Polres Metro Kota Bekasi tiga tahun lalu.

Banyak warga Bekasi khususnya warga Kabupaten Bekasi belum mengetahui bahwa tempat pembuatan SIM di Bekasi dibagi menjadi dua, yaitu untuk wilayah kota dan wilayah kabupaten. Sehingga jangan heran jika dari hari ke hari Polres Bekasi Kota selalu dibanjiri ratusan (atau mungkin ribuan..!) pelamar SIM. Dan sudah menjadi rahasia umum (masih juga dibilang rahasia wink) kalau ingin mendapatkan SIM itu harus melalui calo, baik itu dari luar atau dari pihak dalam sendiri. Jika tidak, jangan harap bisa dengan mudah mendapatkan Driving Licence ini.

Namun dari kabar burung yang sampai padaku, katanya proses pembuatan SIM untuk wilayah Kabupaten Bekasi sudah baik, ngga ada lagi yang namanya sogok-menyogok, calo-menyalo (ngaco bahasanya..), atau apalah yang masih kerabatnya yang jelas-jelas haram itu. Maka dari itu, punuk dicinta ulam pun tiba. "Kenapa ngga ngurus ke sana aja", pikirku. Jadilah hari ini aku kesana walaupun sempat nyasar sedikit-sedikit razz

Untuk kesan pertama... Good. Tidak ada terlihat calo satupun, dan juga aku merasakan keramahan petugas-petugas di sini. Setelah bertanya pada bagian informasi, langsung saja aku menuju TKP. Pertama-tama tes kesehatan. Di sini sudah ngga pakai tes lagi, bayar 15 ribu langsung dapat bukti tes kesehatan. Setelah itu bayar asuransi sebesar 15 ribu lagi di loket yang berbeda. Kemudian membeli formulir pendaftaran SIM. Harganya tergantung, apakah ingin membuat SIM baru, atau hanya ingin memperpanjang. Untuk membuat SIM baru kita dipungut 75 ribu, sedangkan untuk memperpanjang dipungut 60 ribu. Jadi kalau ditotal biayanya tidak akan melebihi 105 ribu rupiah. Kalau bayarnya lebih besar dari itu berarti sudah bisa diindikasikan bahwa kita terkena suap, atau bahkan memang kita memang niat ingin menyuap.

Setelah semua biaya sudah dikeluarkan, akhirnya tiba waktuku menunggu giliran Tes Teori. Jika tes ini lolos, maka akan dilanjutkan dengan tes praktek atau tes lapangan. Karena saking PD-nya aku ngga belajar dahulu untuk menghadapi ujian tertulis ini yang ternyata, soalnya susah banget! Karuan saja, setelah selesai dan dicek, nilaiku cuma benar 14 dari 30 soal yang ada. Hasilnya = NGGA LULUS cry Padahal agar bisa lulus, dibutuhkan jawaban benar minimal 18 buah. Yah mau-ngga-mau harus datang tiga pekan lagi ke sini. Oh iya tapi ngga usah bayar lagi smile

Tadi kesan pertama. Untuk kesan keduanya... kurang baik. Entah kebetulan atau tidak, ketika aku sedang tes teori, ada seseorang yang tiba-tiba masuk dan ingin bertemu dengan Bpk. X. Nah dia langsung bilang, "Pak, mohon dibantu lah Pak, udah mau Lebaran nih." Ternyata dijawab oleh Bpk. X ini begini, "Sstt.. jangan kenceng-kenceng ngomongnya! Sini aja ke belakang..." Selanjutnya entah apa yang mereka perbuat di belakang razz

Jadi kesimpulannya, akhirnya segala sesuatu kembali pada diri kita masing-masing. Sebenarnya mau kita jujur atau tidak, toh sebenarnya kesempatan untuk memperoleh SIM itu sama-sama ada. Mungkin bedanya untuk yang jujur, akan memerlukan energi yang lebih banyak untuk bersabar hingga bisa memperoleh SIM ini. Sedangkan untuk yang ingin cara instan, akan jauh lebih mudah, mungkin dengan memberikan tambahan biaya beberapa puluh ribu, SIM sudah ada di tangan. Namun resiko yang ditanggung akan lebih berat di akhirat kelak. Juga sulitnya untuk memulihkan krisis kepercayaan terhadap penyelenggara negara dan aparat penegak hukum di negeri ini.

16 September 2008

Mengenai Tragedi Pasuruan

Sungguh tragis memang, selalu saja ada kejadian-kejadian tidak menyenangkan yang selalu menimpa kaum miskin di negeri ini. Jumlah korban yang mencapai 21 orang bukan merupakan jumlah yang sedikit.

Sesaat ketika mendengar kabar terjadinya kejadian meninggalnya 21 orang karena berebut zakat, saya langsung saja berpikir, "Kenapa ngga dibagikan langsung ke rumahnya aja?". Pendapat saya ini ternyata ngga salah. Pak Hidayat saja (ketua MPR) langsung berkomentar bahwa si pemberi zakat seharusnya datang langsung ke rumah para penerima zakat (mustahiq), bukan mengundangnya ke rumah muzaki.

Padahal dahulu saya berpikir, alangkah lebih afdolnya kalo kita bisa ngasih zakat langsung ke orang yang membutuhkan, daripada dikumpulkan oleh panitia zakat. Ternyata sistem pengumpulan zakat oleh badan amil zakat telah dicontohkan pada zaman rasulullah. Ngga pernah kan kita mendengar bahwa rasulullah membagi-bagikan zakat di rumahnya? Maka sesungguhnya sistem tradisional yang dibilang sebagian masyarakat dengan cara membagi-bagikan langsung zakat kepada mustahiq sesunggunya tidak mencerminkan sistem yang islami, melainkan dikumpulkannya zakat oleh amil zakat itulah sistem tradisional sesungguhnya yang telah dicontohkan nabi kita.

Kemudian jika dilihat dari sudut pandang kesiapan si pemberi zakat, bisa dikatakan bahwa sebenarnya si pemberi zakat ini terlalu 'lugu'. Hal ini disampaikan pakar sosial Imam Prasojo di radio Elshinta kemarin. Memang benar ini adalah niat yang baik, namun kebaikan ini pun mestinya didukung oleh ilmu yang memadai, bagaimana cara me-manage suatu acara sehingga dapat berlangsung dengan baik. Bagaimana seharusnya si pemberi zakat ini paham untuk membentuk panitia yang profesional sehingga kejadian seperti ini dapat dihindarkan. Maka peran ilmu di sini sangat dibutuhkan.

Terlepas dari itu semua, semoga tidak terjadi kejadian seperti ini lagi. Kasihan.. sudah miskin teraniaya pula. Saya juga mau berzakat lewat badan amil zakat aja ah...

04 Juli 2008

Cover Story di TV One

Seru juga dialog (atau lebih tepatnya debat kali wink) di TV One semalam 3 Juli 2008. Topiknya mengenai pemberlakuan Perda Syariah di beberapa daerah tertentu di Indonesia. Acaranya sendiri menampilkan Ali Mochtar Ngabalin selaku Ketua DPP Partai Bulan Bintang sekaligus Anggota DPR RI dan sebagai lawannya adalah Prof. Thamrin Tamagola, seorang Sosiolog UI.

Secara pribadi saya sebenarnya lebih cenderung setuju (kalau tidak disebut memihak) kepada Ali Mochtar Ngabalin (dengan gaya bicaranya mengingatkan saya pada Ahmad Deedat) yang pro terhadap Perda Syariah. Bukan apa-apa, seperti penjelasannya, memang benar Perda tersebut dibuat atas dasar Syariah Islam. Sedangkan Islam sendiri kan Rahmatan lil Alamin, rahmat bagi seluruh alam, bukan hanya untuk kepentingan orang Islam saja, namun untuk kemaslahatan masyarakat juga. Lagipula jika ada peraturan yang memang memaksa umat Islam untuk menjalankan syariatnya, toh itu untuk umat Islam tanpa mengganggu umat agama yang lain.

Yah itu sih tergantung dari pribadi masing-masing menilainya bagaimana. Tapi kalau saya pribadi sih malu kalau harus menentang hukum agamanya sendiri diterapkan, toh itu datangnya bukan dari manusia, tapi memang sudah ditetapkan Tuhan Yang Esa.

Dan ada satu hal yang mengganjal di hati. Apa ya sebenarnya yang keluar dari mulut Prof. Thamrin itu? Koq sampai-sampai bisa membuat Ali Mochtar naik pitam, bahkan disensor pula oleh TV One. Yah.. mudah-mudahan saja bukan suatu hal yang menyangkut penghinaan agama.

Atau ada yang tau apa yang dikatakan Sang Profesor?

01 April 2008

Menipu!? Hal Biasa di Negeri Ini

Hari ini beberapa kejadian terjadi dalam satu hari hidupku. Kejadian yang kurang mengenakkan dan tentunya membawa hikmah yang besar. Dua kejadian yang berbeda, namun memiliki hikmah yang sama.

Kejadian pertama...

Orang tuaku hampir saja terkena tipu. Mereka awalnya berniat menjual ruko mereka yang telah dibangun sendiri dengan perjuangan dengan titik peluh penghabisan. Cukup mahal sih, sehingga orang yang berniat membeli mungkin pikir-pikir dahulu untuk membelinya. Namun kami dikejutkan dengan seseorang yang tiba-tiba menelpon kemarin sesaat setelah adzan maghrib berkumandang. Ia ternyata mengaku ingin membeli ruko tersebut, dengan dalih bahwa istrinya sudah melihat rukonya dan tertarik untuk membeli. Dia sendiri saat itu mengaku belum melihat rukonya dan sedang berada di Bandung.

Sama seperti kebiasaan orang yang ingin membeli, ia pun menutupi kebusukannya dengan coba menawar sekedarnya, yang tidak beda jauh dengan harga yang ditawarkan. Ah.. di sini aku mulai curiga. Ternyata ada ya orang yang menyetujui harga semahal itu dengan mudahnya, tanpa harus bersusah payah menawar harga!? Ditambah pula ketika menelpon, orang itu sempat mengucakan salam, padahal saat itu waktunya untuk sholat maghrib.

Namun aku tidak ingin berburuk sangka, terapkanlah husnudz dzon terlebih dahulu kepada orang lain, praduga tak bersalah. Aku anggap saja mungkin ini suatu jalan rezeki namun tidak lantas kami kegirangan bak mendapat durian runtuh. Apalagi kedua orang tuaku sudah berniat beribadah haji jika diberikan rezeki lebih.

Lucunya.. si pembeli sepertinya yang malah ngotot ingin cepat-cepat bertransaksi, ingin segera memberikan uang muka lewat transfer rekening. Ada ya orang ya ingin cepat-cepat memberikan uangnya kepada orang lain!? Kalau memang benar, orang seperti ini patut menjadi tauladan. Aku berpikir padahal orang ini kan belum melihat surat-surat tanahnya, bahkan bentuk rukonya saja belum.

Waktu pun berjalan. Setelah mengaku transaksi transfernya gagal, orang ini mulai bilang bahwa ia telah menghubungkan dengan salah satu customer service bank yang kemudian memberikan arahan untuk melakukan beberapa kombinasi penekanan tombol ATM. Yang belakangan aku sadar bahwa orang tersebut bukanlah sembarang penipu, melainkan orang yang mengerti seluk beluk mesin ATM. Aku ingat, semalam aku sempat bilang sesuatu kepada orang tuaku, "Walaupun agak aneh, kita sih husnudz dzon aja, namun tetap harus hati-hati, bukan curiga."

Sampai tadi siang, kami masih mendapat kontak dari orang itu yang mengaku telah mentransfer uang sebesar 10jt. Begitulah sampai kami diberi petunjuk bahwa orang tersebut ternyata seorang penipu. Alhamdulillah kami masih diberikan kesehatan berpikir dan dilindungi dari orang-orang yang tertutup mata hatinya, yang telah kehilangan separuh fitrahnya sebagai manusia. Uang kami tidak berkurang sedikit pun, dan memang tidak ada apa-apa di tabungan kami...

Kejadian kedua...

Kejadian ini sih simpel saja sebenarnya. Sesaat sebelum aku menulis blog ini, aku menerima email teman, tepatnya forward-an. Isinya menginformasikan bahwa saat ini Polri menginstruksikan pada seluruh jajarannya bahwa jika ada seseorang yang berusaha menyuap pada saat proses tilang, dan jika polisi tersebut bisa membuktikannya maka ia akan mendapat bonus 10jt (wah angkanya sama dengan uang muka di kejadian pertama tuh...). Di situ dituliskan bahwa polisi akan berusaha agar orang yang kena tilang untuk menyuap dirinya, ya iya lah.. kan dapet 10jt!

HOAX... Ya, lagi-lagi hoax. Bagus sih menginformasikan seperti itu, memacu agar kita tidak melakukan praktek suap-menyuap, dan tentunya untuk kebaikkan kita bersama. Tapi.. dengan cara yang tidak baik!? Menebarkan berita-berita bohong seperti itu!? Menipu! Ah.. melawan kejahatan dengan kejahatan pula, lama-lama negeri ini dipenuhi dengan kejahatan dengan segala bentuknya.

Kenapa sih masyarakat kita senang sekali berbuat seperti itu? Tidak takut apa dengan hari dimana semua amal, baik amal baik atau jahat akan dibalas!? Yah paling tidak.. apakah kita tidak ingin membuat tubuh dan jiwa kita ini melakukan kebaikan-kebaikan di kehidupan yang diberikan hanya sekali ini!? Apa susahnya sih...

Ah... Indonesia, apakah akan semakin hancur saja... aku harap tidak demikian.

22 Februari 2008

Poltek-ku Tercinta

Hari itu akhirnya aku memutuskan untuk menengok suatu tempat yang berharga dalam sejarah hidupku. Walaupun bukan itu sebenarnya tujuan utamaku. Kampus Tercinta Politeknik Negeri Jakarta. Yah.. sudah berapa lama ya aku tidak pernah kesana lagi, mungkin setahun lebih. Maklum saja, lokasi kampus baru UI tersebut letaknya cukup jauh dari tempat tinggalku, Bekasi.

"Ternyata tidak banyak berubah...", pikirku. Tidak ada perubahan-perubahan besar. Jalan masuk Poltek masih seperti dulu, tidak berubah, mungkin hanya aspalnya saja yang baru, lebih halus. Yang lebih banyak berubah mungkin adalah lokasi sekeliling UI. Parkiran panjang di pinggir jalan yang dulunya menjadi pemandangan sehari-hari, sekarang sudah tampak rapih, bahkan di segitiga FT. Dan tampaknya bakal (atau sudah?) ada angkutan baru, yaitu peron yang mengelilingi sebagian UI, entah seperti apa bentuknya. Bis UI.. masih seperti dulu, penuh sesak dengan mahasiswa-mahasiswa yang tampaknya menikmati hidup mereka. Beda dengan kenyataan hidup di luar yang biasa dirasakan orang pada umumnya...

Aku berjalan di sepanjang jalan kembar itu, sendiri. Ingat ketika dahulu.. berjalan bersama teman sambil mengobrol, ah indahnya... Terbuai dalam lamunanku akhirnya sampai juga di Gedung Direktorat atau Gedung Q, dengan sebuah Lancer plat merah terparkir di halamannya. "Pasti mobil direktur!", pikirku. Tanpa basa-basi langsung saja aku masuk ke dalam gedung itu karena waktu sudah menunjukkan pukul setengah tiga sore. Ya, ini memang tujuan utamaku, legalisir ijazah dan transkrip nilai. Untuk apa? Aku ingin melanjutan kuliah.

Sayangnya, harapanku untuk bisa menyelesaikan legalisir dalam sehari pupus. Sang penjaga di bagian administrasi berkata dengan entengnya, "Besok ya diambilnya." Wah...! Bagaimana besok, wong hari ini saja aku harus ambil cuti agar bisa melakukan ini! Tapi setelah memohon dengan sangat akhirnya ada secercah harapan ketika dia berkata, "Ya sudah, tunggu aja sampai setengah empat. Soalnya orangnya (maksudnya yg menandatangani) lagi rapat. Ntar kalo kebetulan ada, saya minta tanda tangannya." Alhamdulillah.

Sambil menunggu, aku putuskan untuk makan dahulu karena kebetulan aku belum makan siang. "Kantinnya masih sama ngga ya!?", pikirku. Ternyata beberapa orang yang 'mencari nafkah' di situ masih sama seperti dua tahun yang lalu. Ingin sekali menyapanya, tapi.. aku kan ngga kenal, cuma tau muka saja... Ya sudah lah.

Setelah makan kulanjutkan petualanganku melewati lorong-lorong yang menghubungkan antargedung. Masih sama, cuma lebih rapih. Aku ingin ke Bengkel Elektronika, tapi aku urungkan niatku, nanti malah tambah lama. Kemudian aku menuju ke arah gedung Administrasi Niaga. Terlihat beberapa spanduk kegiatan membentang lebar di sisi jalan, salah satunya kalau tidak salah adalah Islamic Fair 2008.

Aku ingin sekali mengunjungi perpustakaan pusat, mengenang kegiatan-kegiatanku dahulu. Ketika kaki ini melangkahkan ke sana, teringat waktu itu bagaimana aku ke perpustakaan ketika tidak ada dosen. Saat kubuka pintu, terlihat sosok sahabatku sedang asik membaca buku kemudian aku meledeknya, "Wiihhh.. rajin banget lo Bang...! Ciee.. belajar mulu nih." Namun di lain waktu aku yang kepergok sedang asik memilih-milih buku di perpustakaan dan dia balik meledekku, "Ciee... Arman belajar mulu nih..." Ya.. tempat yang nyaman. Tenang, rapi, sejuk, itulah perpustakaan kami.

Sengaja kulihat jam, ternyata sudah menunjukkan pukul 15.35. "Wah.. udah setengah empat", gumamku. Langsung saja aku menuju ke Gedung Direktorat lagi, walau sebenarnya masih ingin berlama-lama di dalam. Dalam hati, masalah legalisir aku pasrahkan saja. Kalau memang hari ini tidak dapat tanda tangannya, aku harus cari hari lain lagi, dan tentunya harus mengambil jatah cutiku yang sudah kuambil beberapa itu. Diluar dugaan, ternyata hari ini aku bisa mendapatkan lagalisirku itu. Alhamdulillah. Kalau begini aku bisa pulang ke rumah dengan tenang smile

Sebelum pulang, aku singgah sebentar ke rumah-Nya untuk menunaikan sholat. Kebetulan waktu Ashar telah tiba. DA-IM, nama yang unik. Singkatan dari Daarul Ilmi. Inilah tempat kami sering berteduh, walau hanya sebagai tempat istirahat melepas lelah setelah seharian berkutat dengan ilmu-ilmu teknik praktis. Daim merupakan tempat yang sangat nyaman. Teringat teman-temanku termasuk aku sendiri sering tidur-tiduran di selasarnya, kita membahas berbagai macam hal (atau lebih tepatnya ngobrol smile. Rasanya beda sekali dengan tempat lain, termasuk mushola di tempat kerjaku sekarang. Disini, orang sepertinya bebas mengekspresikan sesuatu tanpa ada rasa tidak enak atau apa, tentunya dalam batas-batas tertentu, seperti menjaga suara misalnya.

Selesai sujud dan salam, rasanya berat sekali meninggalkan tempat yang mulia ini. Selamat tinggal Daim, selamat tinggal Poltek tercinta. Banyak sekali kenangan-kenangan yang aku rasakan selama 3 tahun di sini, 3 tahun yang sangat berharga bagiku, terutama 3 tahun bersama EC-B. Mungkinkah mereka merasakannya juga juga? Aku rasa iya...